Rabu, 20 November 2013

PERBANDINGAN PEMIKIRAN POLITIK AL GHAZALI DENGAN PEMIKIRAN POLITIK THOMAS AQUINAS



Al Ghazali merupakan pemikir muslim yang paling populer dan paling berpengaruh di dunia Islam.  Hal ini disebabkan pemikirannya yang meliputi seluruh aspek ajaran Islam, mulai dari tafsir, hadist, fiqh, ushul fiqh, filsafat, tasawuf, dan pendidikan hingga politik.  Beliau lahir di Ghazaleh, sebuah negeri dekat Thus, Khurasan, 1059 M/450 H dan meningggal ditempat yang sama pada 1111 M/501 H. Perjalanan intelektualnya sangat berliku, pernah ia mengalami krisis ketika menjadi guru besar di Madrasah Nizhamiyah menggantikan gurunya Al Juwaini.  Ia mempelajari semua filsafat dan berusaha mencari jawaban atas belenggu keraguan yang menggangu pikirannya, hingga pada akhirnya ia mengalami gangguan saraf dan berhenti mengajar.
Beberapa waktu kemudian, ia menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah.  Setelahnya, beliau kembali ke Damaskus dan selanjutnya ke Baghdad pada 490 H/ 1097 M. Beliau kembali ke Thus, kota kelahirannya untuk menjalalni kehidupan sebagai seorang sufi.  Pada saat di Makkah, Al Ghazali mendapat informasi bahwasannya di Baghdad terjadi pergolakan politik. Tentara Saljuk menguasai ibu kota kerjaan Bani Abbas. Kekacauanpun tidak dapat dihindari.
Liku-liku perjalanan intelektual Al Ghazali tidak lepas dari kehidupan sosial-politik umat Islam yang melingkupinya. Pada masanya, beliau menyaksikan dan menyatakan bahwa kebobrokan moral sudah begitu parah dan korupsi dikalangan ulama dan ahli hukum juga sudah meluas.  Al Ghazali sangat mengecam situasi tersebut. “Sesungguhnya kerusakan rakyat disebabkan oleh kerusakan para pemimpinnya, dan kerusakan para pemimpin disebabkan oleh kerusakan para ulamanya.  Kerusakan ulama disebabkan oleh cinta harta dan kedudukan. Siapa yang dikuasai oleh ambisi duniawi, ia tidak akan mampu mengurus rakyat kecil.  Pada akhir perjalanannya, yang jelas Al Ghazali pergi ke Damaskus dan meninggalkan ingar-bingar suasana kacau masyarakat Islam ketika itu untuk kemudian menjalankan kehidupan sufistik.
Thomas Aquinas adalah filsuf dan teolog Abad Pertengahan Eropa terbesar. Pikirannya sampai sekarang masih sangat berpengaruh. Thomas Aquinas berhasil mempersatukan ajaran-ajaran Augustinus yang sampai saat itu menentukan pemikiran di Eropa dengan filsafat Aristoteles dan dengan demikian memberikan impuls-impuls baru bagi kehidupan intelektual di Barat. Sejak Thomas filsafat mulai berkembang sebagai ilmu tersendiri. Thomas Aquinas lahir pada tahun 1225 di Roccasecca, Naples Italia dalam keluarga Aristokrasi Italia yang mempunyai hubungan kerabat dengan raja dan kaisar Eropa. Sejak usia dini ia dididik keluarganya dalam pendidikan keagamaan yang ketat dan pada usia 16 tahun masuk tarekat santo domonico dan menjadi murid Albertus Agung di Koln.
Thomas Aquinaslah yang menjadikan Aristoteles dasar pemikirannya, tetapi dengan tidak menyingkirkan gagasan-gagasan dasar Augustinus. Ia memperlihatkan bahwa atas dasar kerangka pikiran Aristotelesteologi Augustinus dapat diberi pendasaran yang lebih mantap. Pengaruh Thomas Aquinas amat besar. Berkat dia, Aristoteles menjadi “sang filsuf”di Barat sampai abad ke-17. Pendekatan Aristoteles yang bertolak dari realitas di dunia memungkinkan perkembangan ilmu-ilmu alam yang yang selama seribu tahun seakan-akan dilupakan di Baratdan dengan demikian menempatkan Eropa Barat pada jalur kerohanian yang akan menghasilkan budaya modernitas. Thomas pada hakikatnya bukanlah seorang teoretisi atau filosof politik. Ia adalah seorang teolog sejati yang mengabdikan hidupnya untuk mengembangkan doktrin-doktrin kristiani. Thomas membahas dan melahirkan berbagai pemikiran tentang hukum, Negara, dan kekuasaan politik.

Asal Mula Timbulnya Negara
Al Ghazali berpendapat bahwa manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri.  Hal ini disebabkan karena dua faktor, yakni: pertama, regenerasi (perkembangbiakan) manusia.  Kedua, saling membantu dalam urusan hidup seperti penyediaan sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan lainnya.  Untuk semua itu diperlukan kerjasama dan saling membantu antar sesama manusia, bahkan kelompok.  Oleh karena itu, maka lahirlah sebuah negara atas dasar kebutuhan dan dorongan bersama.

Kebutuhan Akan Sejumlah Industri atau Profesi
Menurut Al Ghazali, untuk pengadaan barang kebutuhan hidup manusia diperlukan pembagian tugas (division of labour) antar masyarakat, dan sejumlah industri atau profesi yang semua itu merupakan inti bagi tegaknya negara. Pertama, pertanian untuk pengadaan makanan. Kedua, pemintalan untuk pengadaan pakaian. Ketiga, pembangunan untuk pengadaan tempat tinggal. Keempat, politik untuk penyususnan dan pengelolaan negara, pengaturan kerjasama antar warga bagi kepentingan bersama, penyelesaian sengketa antara mereka serta perlidungan terhadap bahaya dan ancaman dari luar.

Teori Tentang Pimpinan Negara
Kehidupan bermasyarakat dan bernegara, tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan material dan duniawi yang tidak mungkin ia penuhi sendirian, lebih dari itu yakni untuk mempersiapkan diri bagi kesejahteraan di akhirat nanti melalui pengamalan dan penghayatan ajaran agama secara betul, dan semua itu tidak mungkin tanpa keserasian kehidupan duniawi.  Berdasarkan pemikiran tersebut, kewajiban mengangkat seorang pemimpin tidak hanya berdasarkan rasio, melainkan kewajiban agama.  Keberadaan sultan merupakan keharusan bagi ketertiban dunia, ketertiban dunia merupakan keharusan bagi ketertiban agama, ketertiban agama merupakan keharusan bagi kesejahteraan akhirat nanti.

Sumber Kekuasaan dan Kewenangan Kepala Negara
Menurut Al Ghazali, Alloh swt telah memilih dua kelompok pilhan dari cucu Adam as, yakni: pertama, para nabi  yang bertugas menjelaskan kepada hamba Alloh tentang jalan yang benar dan akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat. Kedua, para raja dengan tugas menjaga agar hamba-hamba Tuhan tidak saling bermusuhan dan saling melanggar hak yang lain, dengan kearifannya mengembangkan kesejahteraan mereka, dan memandu mereka ke arah kedudukan yang terhormat, seperti kata ungkapan bahwa sultan adalah bayangan Alloh di atas bumiNya dan tidak dibenarkan menentang dan tidak mengikuti perintahnya. Dalam firmanNya, QS An Nisa, 4: 59, “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.  Alloh telah menganugerahkan kerajaan kepada mereka yang dikendakinya, hal ini dilandaskan kepada firmanNya QS. Ali Imran, 3: 26, "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.  Dengan demikian, maka kekuasaan sultan tidak datang dari rakyat seperti pemikiran Al Mawardi, melainkan dari Alloh swt yang diberikan hanya kepada orang-orang yang dipilihNya dan karenanya kekuasaan negara adalah muqaddas atau suci.  Kepala negara juga merupakan bayangan Alloh di bumi, hukumnya wajib bagi rakyat untuk taat padanya.  Dengan kata lain, sistem pemerintahan menurut Al Ghazali adalah Teokrasi.

Aspek-aspek
Pemikiran Politik

Al Ghazali
Thomas Aquinas

Asal mula timbul negara
Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri. Kemudian lahirlah negara atas dasar kebutuhan bekerja sama dan dorongan bersama.

Manusia “Politik Animal”, bertindak atas dasar nalar. Manusia memerlukan manusia lain, maka dari itu membentuk masyarakat.

Kebutuhan akan sejumlah industri atau profesi
Untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia diperlukan pembagian tugas (division of labour) antar masyarakat, dan sejumlah industri atau profesi yang semua itu merupakan inti bagi tegaknya negara. Pertama, pertanian untuk pengadaan makanan. Kedua, pemintalan untuk pengadaan pakaian. Ketiga, pembangunan untuk pengadaan tempat tinggal. Keempat, politik untuk penyususnan dan pengelolaan negara, pengaturan kerjasama antar warga bagi kepentingan bersama, penyelesaian sengketa antara mereka serta perlidungan terhadap bahaya dan ancaman dari luar.

Seorang pemimpin negara memiliki kewajiban-kewajiban terhadap rakyat yang dikuasainya. Tugas pemimpin Nngara yang utama adalah mengusahakan kesejahteraan dan kebajikan hidup bersama. Maka pemimpin negara dituntut untuk memungkinkan rakyat memenuhi kebutuhan-kebutuhan materialnya.
Selain itu negara juga memiliki fungsi spiritual keagamaan yang bersifat sacral. Maka pemimpin negara dituntut menyediakan sarana ibadah dan menciptakan iklim yang kondusif bagi terwujudnya masyarkat spiritual di dunia ini.
Pemimpin Negara juga pembela dan penjaga keadilan.

Tujuan Negara

Keserasian kehidupan duniawi dan akhirat. 

Terwujudnya kebaikan bersama demi terciptanya masyarakat yang harmonis antara Alloh dan manusia.


Teori tentang pimpinan negara
Kewajiban agama.

Kewajiban agama. Karena pemimpin harus memberikan contoh kepada manusianya agar manusia dapat mencapai kebahagiaan hidup abadi setelah mati.


Sumber dan Sifat Kekuasaan
Kekuasaan dari Alloh, kekuasaan bersifat muqaddas atau suci. Kepala negara merupakan bayangan Alloh di bumi, hukumnya wajib bagi rakyat untuk taat padanya. 

Negara bersifat hirarki dan bersumber pada Tuhan yang memegang hukum tertinggi.


Kewenangan
Menjaga agar hamba-hamba Tuhan tidak saling bermusuhan dan saling melanggar hak yang lain, dengan kearifannya mengembangkan kesejahteraan mereka, dan memandu mereka ke arah kedudukan yang terhormat.

Mengusahakan kesejahteraan bersama termasuk bagaimana negara mengusahakan manusai dapat mencapai kebahagiaan hidup abadi setelah mati.
Pemimpin juga adalah pembela dan penjaga keadilan. Karena Tuhan menganugerahkan kekuasaan agar pemimpin mwujudkan keadilan di dunia ini dan terciptanya perdamaian.



Bentuk Pemerintahan

Teokrasi
Monarki.
(Menurut Thomas adalah bentuk negara yang terbaik. Pandangan Thomas mengenai negara tidak terlepas dari Aristoteles dalam bukunya Politics. Yaitu, pemimpinnya hanya satu dan tujuan negara adalah untuk kebaikan bersama dalam hal kekayaan, kebaikan, dan kebebasan. Monarki merupakan bentuk kekuasaan tunggal, tetapi tujuannya baik. Sebaliknya jika tujuan dari pemimpin adalah buruk, maka di sebut sebagai tirani).


Bentuk Pertanggung Jawaban
Kepada Alloh
Kepada Alloh dan masyarakat


Referensi utama:
Sjadali, Munawir. Islam dan Tata Negara: ajaran, sejarah, dan pemikiran (edisi kelima). Jakarta: UI Press, 1993.

Referensi lain:
Iqbal, Muhammad dan Amin Husein Nasution. Pemikiran Politik Islam: dari masa klasik hingga Indonesia kontenporer. Jakarta: Kencana Prenada Media Grouo, 2010.
Oxtord04. “Negara dan kekuasaan dalam pemikiran”. blogspot.com. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2013 pukul 21.45 WIB. http://oxtord04.blogspot.com/2012/11/negara-dan-kekuasaan-dalam-pemikiran.html.
Jurnal politik. “Pemikiran-thomas-aquinas”. blogspot.com. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2013 pukul 22.00 WIB. http://jurnal-politik.blogspot.com/2009/10/pemikiran-thomas-aquinas.html.
Meidyafarahdiba.“Pemikiran thomas aquinas terhadap perkembangan pemikiran politik barat”. wordpress.com. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2013 pukul 22.20 WIB. http://meidyafarahdiba.wordpress.com/2009/12/02/pemikiran-thomas-aquinas-terhadap-perkembangan-pemikiran-politik-barat/.

Kamis, 25 Juli 2013

Terinjak dan Menginjak (Postulat Hegel)


Pada intinya, dalam masyarakat terdapat dua karakter pokok[1].  Pertama, setiap anggota masyarakat berusaha mengejar kepentingan pribadinya.  Dalam rangka memenuhi kepentingan pribadinya, anggota masyarakat lainnya dipandang sebagai sarana untuk meraih tujuannya.  Karakter pokok kedua, dalam rangka memenuhi kepentingan pribadinya tersebut mau tidak mau anggota masyarakat haruslah memuaskan kebutuhan dari anggota masyarakat lainnya.  Dengan demikian, terdapat dua makna yakni orang atau masyarakat yang terinjak dan yang menginjak.  Dari kedua karakter pokok ini, memang begitu adanya dalam menjalani sebuah kehidupan.   Namun demikian, ada sikap bijak atau pilihan ketiga di antara keduanya.  Orang yang terinjak merelakan dirinya diinjak demi seseorang yang membutuhkannya untuk mencapai sebuah tujuan yang baik.  Orang yang menginjak mau tidak mau harus menyadari dan mengapresiasi pengorbanan orang yang diinjaknya sehingga tercapailah tujuannya.  Pada dasarnya, dalam kehidupan adakalanya kita terinjak, ada kalanya kita yang menginjak.  Tingggal bagaimana kita meyikapinya dan bersikaplah sebijak mungkin.  Kuncinya saling menghargai, mengapreisasi pengorbanan, serta perjuangan di antara keduanya.

Semoga bermanfaat :)



1 Pendapat Hegel, dalam sebuah artikel yang diakses pada tanggal  04/10/2012, pukul 4: 21 di: http://www.inferensi.com/index.php?option=com_content&view=article&id=44:pengantar-birokrasi-klasik-hegel-marx-dan-weber&catid=2:jurnal&Itemid=2

Sabtu, 20 Juli 2013

TEKNOLOGI MEDIA SEBAGAI ALAT SUMBER DAYA POLITIK DALAM KONFLIK DAN INTEGRASI POLITIK



Teknologi secara keseluruhan merupakan suatu produk interaksi sosial dan pengaturan kelembagaan yang dilokalisir melalui struktur kekuatan sosial dan proses sosial, politis, dan perubahan ekonomi.  Selama beberapa dekade pasca kemerdekaan, media informasi di Indonesia berkembang secara paralel dengan kepentingan negara yang memanfaatkan media sebagai alat untuk melegitimasi dan mempertahankan identitasnya sebagai "negara pembangunan" yang progresif.  Ketika teknologi yang dikenal sebagai Internet tiba-tiba muncul di Indonesia, teknologi ini datang dalam kontak dengan konsep ''kemasyarakatan'' yang pada saat teknologi ini digunakan dan diubah dalam jalan yang unik.  Internet telah sangat sesuai berkembang di Indonesia dengan keunikan sendiri dari praktek dan karakteristiknya, diubah oleh struktur kekuasaan lokal terkait dengan tiga bidang dalam masyarakat, yaitu negara, perusahaan ekonomi, dan masyarakat sipil.  Internet, yang datang ke Indonesia selama fase awal krisis politik pada 1990-an, ekonomi dan politik telah meningkat menjadi media alternatif yang tidak lagi di bawah kontrol negara, sehingga memperkuat masyarakat sipil dalam melakukan perlawanan terhadap negara dan dominasi perusahaan.  Sebagai teknologi, Internet merupakan sumber informasi netral yang paling sederhana.  Karena tujuannya menyangkut diskusi di dalamnya, maka hal itu menjadi sangat lebih penting dari hanya suatu sumber gambaran, lambang ideologis, dan penyajian kuasa.  Dengan demikian, Internet menjadi bagian dari suatu jaringan lokasi mengenai sosial, politis, dan persaingan ekonomi dari representasi dan manifestasi kekuatan mereka.[1]
Teknologi internet melalui media teknologi, membawa arus globalisasi terhadap perkembangan kehidupan sosial diseluruh dunia bagi yang mengaksesnya.  Melalui media teknologi ini, komunikasi sosial pada awalnya, dapat berlangsung dengan mudahnya tanpa mengenal ruang dan waktu, bahkan antar negara sekalipun.  Dalam perkembangannya, komunikasi tersebut dipenuhi dengan berbagai kepentingan.
Mengutip dalam buku Anwar Arifin,[2] Nimmo melakukan sebuah analisis terhadap formulasi Lasswell mengenai siapa, berkata apa, kepada siapa, melalui saluran apa, dan bagaimana efeknya untuk menjelaskan ruang lingkup komunikasi politik.  Dalalm hal ini, Nimmo berpendapat yang dimaksud siapa itu adalah komunikator politik, berkata apa itu merupakan pesan-pesan yang disampaikan komunikator politik, melalui media komunikasi politik itu melalui saluran apa, khalayak politik itu kepada siapa, dan efek politik itu dari bagaimana efeknya.  Komunikasi politik merupakan proses komunikasi massa dan elemen-elemen di dalamnya yang mungkin mempunyai dampak terhadap perilaku politik.  Dalam hal ini, Davis mebagi komunikasi politik menjadi komunikasi massa dan sosialisasi politik, komunikasi massa dan pemilihan umum, komunikasi dan informasi politik, penggunaan media dan proses politik, dan kontruksi realitas politik dan masyarakat[3].  Dengan demikian, teknologi media merupakan salah satu fenomena kekuasaan sebagai sumber daya politik yang mempengaruhi kehidupan sosial politik, termasuk di dalamnya kehidupan ekonomi dan budaya.


1 Lim, Merlyna. “From War-net to Net-war: The Internet and Resistance Identities in Indonesia”. 2003. Pdf. Utpublication: http://doc.utwente.nl/ repository@utwente.nl. Diakses tanggal 13 Juni 2012, pada Jam 21:11.
2 Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Paradigma Teori Aplikasi Strategi & Komunikasi Politik Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), 10.
3 Anwar Arifin, 2003. 11.